Rabu, 21 September 2016

ORANG PINTAR NAIK KELEDAI

Kita sebagai rakyat pribumi yang sudah berhasil merdeka, tapi mengapa kita tidak berdaya untuk mengatur dan menciptakan kesejahteraan sebagaimana mestinya yang telah tertuang dalam pancasila dan UUD'45.

Seharusnya orang asing itu tamu disini, bukan raja! bukan wakil raja! bahkan bukan RT dan bukan juga wakil RT. Orang asing itu hanya tamu dan tidak lebih dari sekedar itu. Kini lihatlah, orang-orang asing itu telah menguasai tanah, pasar, gedung-gedung tinggi. Bahkan orang-orang asing itu kini mulai memerintah pejabat negara dan rakyat pribumi. Benar-benar mental pelayan yang menjijikkan, diperbudak di negri sendiri malah manut dan santun.

Ini bukan sekedar kesenjangan atau kecemburuan sosial, ekonomi, moral, bukan juga tentang SARA. Ini sama-sekali bukan tentang HAM versi orientalisme. Mereka ga usah ngomong hak asasi manusia, omong kosong itu semua, mereka juga ga pernah memanusiakan manusia pribumi.

Gue pernah denger mereka itu ngaku banget keturunan monyet, dan mereka itu pengen banget di akui sebagai keturunan monyet. Loe tau kan monyet?! Kalo ga tau, makanya loe ngaca!. Monyet itu rakus dan serakah, licik juga picik. Nenek moyang kita udah wanti-wanti dengan "dongeng legend" agar kita harus jadi kancil saat ngadepin monyet.

Bukankah segala macam bentuk penjajahan dan penindasan itu harus di hapuskan. Tapi, ketika pribumi melakukan tindakan pembebasan diri dari cengkraman asing di anggap melanggar hak asasi manusia. Sementara tamu-tamu asing itu dengan leluasa merampas hak asasi manusia pribumi. Terutama merampas hak ekonomi, hak untuk kesejahteraan, dan masih banyak hak-hak yang lainnya yang juga di rampas.

Kalo pun, rakyat pribumi belum mampu sepenuhnya dalam mengelola dan memajukan negaranya. Bukan berarti kemudian diperlakukan secara tidak manusiawi. Di eksploitasi, di jajah secara ekonomi, dan di perbudak serta di tindas di negrinya sendiri.

Gue jadi inget kisah kern nabi Hidir saat mengajari nabi Musa, ketika memperbaiki dinding rumah anak kecil yatim-piatu yang rusak. Karna kalo dinding rumah itu ga di perbaiki harta peninggalan orang tua untuk si anak akan terlihat dan pasti akan dirampas oleh orang yang bahlul.

Ok, lanjut..!
Dulu sebelum kita merdeka, rakyat pribumi hidup sengsara dalam jajahan orang-orang asing. Rakyat menderita lahir dan batin, miskin, diperbudak, diperbodoh, dan di perkosa hak-haknya, serta diperlakukan seperti binatang.

Lalu, berpuluh-puluh tahun hingga ratusan tahun rakyat berjuang mengusir penjajah. Ratusan, ribuan, bahkan jutaan rakyat menjadi mayat. Belum lagi, para alim ulama dan para guru ngaji yang di penjarakan paksa, di siksa, dicabut habis kuku-kukunya. Dan yang paling gue ga terima, gadis-gadis desa direnggut kecantikan dan keperawanannya, hasil bumi yang telah susah-payah rakyat kerjakan hingga meneteskan keringat darah dirampas dan diangkut ke negri mereka.

Kini setelah merdeka dengan masih menyimpan segunung dendam, rakyat hidupnya masih sengsara. Kemerdekaan ternyata hanya sekedar semilir angin surga.

Orang-orang asing mengenakan topeng datang dan bertamu lagi, kemudian berhasil lagi menguasai ekonomi negri ini sambil tertawa di atas kuburan para pahlawan bangsa kita.

Kini para tentara bengong, terutama kopral Jono. Sambil nunjukin muka begonya temennya kopral Jono bertanya ke gue : Rakyat pribumi kok sekarang malah jadi tamu? Rakyat pribumi kok banyak yang menderita?, Rakyat pribumi kok banyak yang kelaperan?, Rakyat pribumi kok malah yang di gusur?, Rakyat pribumi kok jadi tambah miskin?. "Wuah wuah wuah... Merdeka kok koyok ngene dadi ne, kan londo ne wes ora ono".

Sorry, dalam imajinasi gue, temennya kopral Jono itu orang jawa, hahaha.
Ok, Lanjut lagi...!

Orang lemah, miskin, kurang pendidikan, mestinya dilindungi dan diberdayakan. Rakyat kecil tidak banyak tau dengan apa yang penguasa lakukan, rakyat kecil tidak tau apa-apa yang orang pintar lakukan, rakyat kecil hanya selalu berharap uluran tangan dan kasih-sayang.

Terus gimana dong?!
Mana gue tau, kan loe yang lebih tau ketimbang gue. Gue itu cuma satu dari ratusan juta rakyat negri ini, sama juga nasibnya kyak yang laen.

Yeahh kirain udah siap bikin bambu runcing!!

Hehh, Loe jangan kemakan omongan gue, gue itu cuma temen loe yang ngerokok aja masih nebeng. Kecuali kalo gue presiden.

Emangnya knapa kalo presiden??

Kalo gue presiden nih, gue pasti berani bilang;
Hehh binatang! Jangan perlakukan rakyat kecil pribumi gue seperti binatang! Karna sebetulnya kita bisa sama-sama jadi binatang!

Bengong!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar