Sebuah inspirasi terlahir dari dimensi
persesuaian ide dan gagasan. Persesuaian antara awal dan akhir yang
rumit, yang bukan hanya sekedar berupa pemahaman final bahwa "dunia ini
panggung sandiwara".
Ketajaman naluri merupakan insting
terpenting dalam melakukan perenungan yang mendalam terhadap logika.
Pemikiran-pemikiran merayap menyusuri puing-puing peradaban hingga
menghasilkan dunia baru di dalam kepala.
Tassawuf dengan segala langkah kura-kuranya mengajakmu termenung,
meraung dalam ruang-ruang dimensi yang luas tak terhingga. Merangkai
rakit-rakit perjalanan menuju hulu sungai kehidupan dan kemudian
menenggelamkan dirinya dalam lukisan dunia.
Pengetahuan dengan
sedikit kesalahan merupakan empiris dari setiap jengkal upgrade keilmuan
manusia. Daun yang gugur, angin yang berhembus, air mengalir, kerumunan
semut, suara dan warna adalah kesempurnaan hidup.
Kaulah pemilik
cita-cita yang selalu ternoda, yang tak mudah cukup walau telah
berlebih. Di dalam setiap diri terukir cahaya sejati, setiap nafasmu
adalah pinjaman untuk kau kembalikan satu persatu. Satu demi satu,
hingga yang tersisa adalah habis.
Mengarungi samudera gurun di
dalam jiwa pikiran, hingga pertanda memperlihatkan keagungan-keagungan
sang maha pencipta. Tanah-tanah bangkit berisikan cahaya dan kau di
hidupkan, kemudian kau dimatikan dengan segala cerita penyesalan yang
ada.
Mudah bagiNya tapi sulit untukmu, kemudian dipermudahNya
untukmu. Namun kesadaran sebagai hamba, sebagai warna dan keindahan agar
kau bersyukur dan bersujud kepadaNya hanya kau anggap sebagai ajaran
agama semata.
Kemudian, tiba waktunya dimana kau akhirnya merasa
bangga bersujud kepadaNya. Tapi itu belum seberapa jika kau
terus-menerus menyadarinya betapa kau telah benar-benar ada dari
ketiadaan.
Kau pun tau, kau terlalu sibuk dengan
keinginan-keinginan solusi yang kosong, tanpa mengetahui untuk apa
keinginan-keinginan itu kau inginkan.
Dimana tempat kau akan
tidur untuk selamanya, tak pernah kau hiraukan. Bahkan saat kau
terbangun dari mimpi panjang ini, mungkin kau pun masih belum tersadar
bahwa kau sudah kembali menjadi tanah.
Pernahkah kau benar-benar bersujud kepadaNya yang benar-benar tanpa diiringi oleh suatu keinginan...
Pernahkah kau benar-benar bersujud kepadaNya yang benar-benar tanpa diiringi oleh suatu harapan...
Pernahkah kau benar-benar bersujud kepadaNya yang benar-benar tanpa diiringi oleh kewajiban...
Pernahkah kau benar-benar bersujud kepadaNya karna kau benar-benar bersujud menyembahNya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar